Membaca Young Adult: Karya yang Membentuk Kita
Saya membaca artikel yang merangkum 100 buku young adults terbaik sepanjang masa yang dirangkum oleh TIME ini beberapa waktu yang lalu. Tentu kami jadi menelusuri isinya dan menandakan judul-judul yang sudah kami baca, dan yang kami punya tapi belum baca.
Saya lalu jadi berpikir: yang masuk kategori buku young adult itu apa ya? Yang saya baca pas lagi remaja, menjelang dewasa, atau bagaimana? TIME sendiri bilang ini kategori yang dinamis sekali, mereka sendiri melihat banyak yang berubah dalam enam tahun terakhir sejak mereka meluncurkan daftar yang sama di tahun 2015 sudah banyak beralih. Kini, buku young adult tak hanya berfokus ke buku yang ‘orang dewasa sarankan untuk anak-anak baca untuk membantu mereka memahami dunia’, tapi buku-buku yang membantu pembaca muda ‘menemukan diri dan memahami diri mereka di tengah dunia, yang menjadi saksi hidup mereka dan membuat mereka menjadi bagian dari sesuatu.’
Bahwa ada umur tertentu yang tertempel saat bicara tentang kategori young adult, juga diakui tim yang membuat daftar ini, mereka melihat daftar judul yang dipasarkan untuk mereka di kelas 8-12 (sekitar umur 13-17 tahun) dan mengeksplorasi dunia remaja menjelang dewasa, serta keterwakilan diri mereka. Tetapi beberapa judul ini justru baru saya baca di usia yang tidak lagi masuk kategori itu, dan tetap bisa mendapatkan pengalaman ‘finding myself in the story’ — walaupun saya jadi mikir, keputusan hidup apa yang berbeda kalau saya baca semua buku-buku ini di usia itu ya?
Saya menilik judul-judul ini dan sadar banyak sekali yang belum saya baca. So little time so much to read. Tapi dari sedikit yang sudah saya baca, dan beberapa sudah baca lebih dari satu dekade yang lalu, tapi pengaruh dan cengkraman tulisannya masih terasa sampai sekarang.
Beberapa judul di dalam list ini juga tersedia di koleksi Seumpama Seconds kami.
The Catcher in the Rye
Mungkin ini bacaan yang paling membuat saya membaca dengan cara yang berbeda, tepat di usia yang digadang-gadang usianya young adults. Saya dikenalkan oleh seorang teman di kelas sastra Inggris saat sedang pertukaran pelajar. Kebetulan kelasnya isinya memang membaca dan menelaah buku, pendekatan yang sama sekali baru buat saya yang bukan dari negara berbahasa Inggris. Buku ini tidak ada di silabus bacaan, tapi salah satu teman dekat saya mengenalkannya dan kepala saya membuncah.
Cara Salinger menulis kisah Holden yang awalnya membuat saya berpikir, kok berantakan amat dan nggak seperti sastra yang saya kenal, justru masuk akal semakin saya membacanya. Saya mengerti kalimat-kalimat yang digantung dan tidak diselesaikan, ketidakjelasan mau apa karena saya juga sedang mencari-cari arahan, kegelisahan ingin memberontak padahal masih bergantung ke orang tua, dan tentu kepongahan seakan saya mengerti semua padahal siapa diri saya saja masih bingung saat itu. Walaupun dunia dan waktunya Holden tidak ada irisannya, toh menjadi 16 tahun selalu ada rasa yang bisa dibagi bersama.
To Kill a Mockingbird
Salah satu yang ‘harus dibaca’ di kelas bahasa Inggris yang sama, dan jadi salah satu karya yang membuat saya melihat perspektif anak-anak dengan cara yang berbeda. Scout memperhatikan keadaan sosial di sekitarnya dan membantu kita memahami dengan kepolosan yang ternyata bisa begitu tajam menilai berantakannya konstruksi sosial. Topik-topik yang seringkali terlalu sensitif untuk dibahasakan ternyata bisa didekati dengan kepolosan yang bisa ‘membuat polos’ kekompleksan isunya. Walaupun bukan buku anak dan banyak narasi yang dikritik karena masih ada ketidakadilan rasisme dan permainan kekuasaan yang ditunjukkan, To Kill a Mockingbird membantu saya mendengar kekuatan di balik suara dan perspektif anak.
The Sisterhood of Travelling Pants
Ini salah satu bacaan berbahasa Inggris pertama yang saya baca. Punya kakak saya. Dari dulu cerita tentang pertemanan orang-orang dengan karakter yang berbeda sangat menarik buat saya. Mungkin karena dulu saya baru saja pindah sekolah dan meninggalkan teman dekat saya. Perjalanan pertemanan lewat kehadiran celana yang mereka pakai (dan bisa muat walaupun bentuk badan mereka berbeda!) bersama adalah kisah berbagi hidup dan perjuangan fitting in sebagai remaja perempuan yang saya alami juga. Membaca Travelling Pants adalah mengingat berbagai hal baru yang dicoba dan mengeksplorasi emosi membingungkan masa remaja bersama teman-teman yang waktu itu bersama.
Persepolis
Seri Persepolis dan Marjan Satrapi membuat saya: jatuh cinta ke novel grafis dan mempertanyakan. Saya membacanya saat kuliah saat saya mulai bertanya ‘mengapa saya percaya yang saya percaya?’. Isi kepala Marjane kecil yang penuh pertanyaan eksistensialis mentah, obrolannya dengan temannya saat itu, Tuhan, dan pergelutannya mengartikan ketidakmengertian akan banyak hal. Sampai sekarang setiap kali memikirkan buku ini, saya membayangkan betapa Marjan Satrapi harus menggali bagian-bagian diri yang mungkin sudah terlupakan (atau ingin dilupakan) untuk membuat karya sekuat dan sepersonal ini. Sebuah autobiografi perjalanan hidupnya mulai dari ketika Marjane kecil tinggal di Iran sebelum dan selama revolusi, saat teman dekatnya adalah Tuhan, sampai akhirnya ia pergi berimigrasi untuk sekolah dan hidup di Eropa. Perjalanan yang begitu personal dan dalam, tapi begitu menyenangkan untuk dibaca.
Saya baru membacanya tahun lalu (padahal sudah ada di rak buku lumayan lama). Dan sampai sekarang saya masih ingat merasa begitu dekat dengan anak-anak yang terdampar di pulau, tepi pantai yang penuh harap dan terang, serta hutan lebat yang penuh misteri; tentang kekuasaan dan ketakutan akan apa yang tidak kita tahu, seperti ‘monster yang berlari yang tak bisa kita lihat tapi kehadirannya bisa dirasakan’. Karena di dalam pergelutan mereka untuk bertahan dan mempertahankan kekuasaan, untuk diselamatkan dan mencari keselamatan, untuk melindungi dan mencari perlindungan, adalah kita semua yang juga masih mencoba mencari jalan keluar dari ‘pulau asing’ yang kita temui.
Kalau teman-teman, apa buku young adult yang pernah dibaca di usia muda, tapi masih berkesan sampai sekarang?