Anak lelaki itu sahabatku, ia menyelamatkan hidupku beberapa kali. Waktu ia harus pergi dan tinggal di kota, aku memaksa ikut dengannya. Tetapi sekarang aku ingin pulang…
Penggambaran yang indah lewat kata-kata sederhana dan ilustrasi detail dan penuh permainan warna tentang hubungan manusia, binatang, dan alam, Aku Ingin Pulang meminjam sudut pandang seekor kakatua yang ingin pulang ke rumah alaminya. Di dalamnya kita melihat dunia yang memang bukan hanya tempat manusia hidup. Intipan mata Sang Kakatua menjadi perkenalan konsep hidup berdampingan, menghormati, dan menjaga hubungan yang seimbang dengan makhluk hidup dan alam.
Kakatua yang ada di dalam cerita ini mengambil referensi dari kakatua maluku (Cacatua moluccensis) adalah burung endemik Indonesia, dari wilayah Maluku Selatan, yang merupakan salah satu kakatua putih terbesar. Akibat penangkapan liar dan berkurangnya habitat, kakatua maluku kini dianggap rentan akan kepunahan.
Aku Ingin Pulang ditulis oleh Ary Nilandari dan diilustrasi oleh Lyly Young.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Tujuan Wuri dan Rano sama: pergi ke pesta ulang tahun Ali. Wuri menawarkan untuk menuntun Rano sepanjang perjalanan. Namun, Rano yakin dia tahu jalan ke sana. Wuri tidak habis pikir, bagaimana Rano bisa tahu jalannya?
Aku Suka Caramu mengajak kita melihat cara Wuri dan Rano yang berbeda menemukan jalan ke rumah Ali. Kami suka sekali Wuri kecil yang penuh energi, Rano yang tenang dan percaya diri, dan eksplorasi cara pandang yang diceritakan dengan warna-warna yang segar, bahasa yang sederhana, tapi penuh rasa.
Aku Suka Caramu ditulis oleh Audelia Agustine, dan diilustrasikan oleh Haikal.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Mereka adalah alat-alat musik hebat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka dulunya tampil di panggung-panggung mewah, tapi sekarang terkurung di ruang gelap. Bertumpukkan. berdebu. Apalah artinya kehebatan mereka ini?
Sampai suatu hari… “Krieet!” Dan dua pasang tangan mungil pun memporak-porandakan ruangan itu. Tetapi, malah para alat musik itu malah senang?
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Jog punya tugas baru.
Tugas itu sulit sekali.
Ah! Jog punya ide!
—
Jog kini jadi ayam jago utama. Ia punya tanggung jawab baru. Cuma, ada masalah. Tugas itu tak semudah yang ia bayangkan. Tapi, Jog punya ide! Apa idenya? Berhasilkah dia mengerjakan tugasnya?
—
Bangunkan Mereka, Jog! masuk Jenjang B1 dari Seri Buku Berjenjang terbitan Litara dan Gagas Ceria.
Buku ini disertai panduan bagi guru dan orang tua, serta pertanyaan pemantik yang bisa dipakai setelah membaca buku.
Cari tahu lebih jauh tentang kategori jenjang membaca di artikel ini.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Para kodok kehilangan batu yang menjadi panggung mereka bermain musik, menari, dan bernyanyi. Batu itu diambil orang.
Bukan itu saja, anak-anak pun kehilangan batu-batu tempat mereka bermain dan berlompatan. Semua batu di sungai tampaknya akan habis diangkut ke kota. Tepian sungai pernah longsor akibat penambangan batu. Apa yang harus mereka lakukan?
Terinspirasi dari bebatuan di sungai Comal yang mengalir melintasi wilayah Pemalang, Jawa Tengah, kami suka cara Dari Batu ke Batu mengajak kita melihat keseimbangan lingkungan dengan cara yang sederhana. Batu yang kelihatannya biasa, umum, dan tak bergerak jadi sumber interaksi dengan alam yang memberi kehidupan dan kesenangan.
Dari Batu ke Batu ditulis oleh Ary Nilandari dan diilustrasikan oleh Eugenina Gina.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Besok acara penutupan Festival Musi. Semua diminta datang dengan pakaian tradisional, termasuk Kak Mila dan teman-temannya. Namun, songket yang akan dipakai Kak Mila menghilang! Banyak orang datang ke rumah kami untuk meminjam songket. Apakah salah satu dari mereka membawa songket Kak Mila? Aku harus mencari tahu.
Berlatar Festival Sungai Musi yang berlangsung di sungai terpanjang di Indonesia, Sungai Musi, yang diadakan setiap tahun ini, narator kita ada dalam perjalanan mencari songket yang seharusnya dipakai kakaknya, tapi kini menghilang entah ke mana. Pencarian ini mengajak kita melihat meriahnya warna-warni songket, kain tradisonal Indonesia yang ditenun dengan tangan; menelusuri keingintahuan, dan mengenal rasanya menjadi curiga.
Di Mana Songket Kakak ditulis oleh Eva Y. Nukman dan diilustrasikan oleh Winarti Handayani.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Bujang sedih sekali. Semua binatang pergi. Di hutan tak ada lagi labi-labi. akankah Bujang mendapatkan makanan kesukaannya ini?
Seperti anggota Suku Kubu lainnya yang tinggal jauh dari keramaian di antara perpohonan rimba Sumatra, Bujang terbiasa berpindah-pindah dan hidup dari hasil perburuan. Jika ada anggota keluarga yang meninggal atau jika ada masalah di tempat itu, barulah mereka pindah mencari tempat baru. Namun lingkungan mereka cepat berubah. Kebakatan hutan dan pengalihan lahan memaksa sebagian Suku Kubu untuk menyesuaikan gaya hidup mereka. Kisah ini mengajak kita mengintip kehidupan kelompok suku asli di Indonesia yang kehidupannya terancam oleh modernisasi dan pengalihan fungsi alam, serta bagaimana kedekatan hidup dengan alam menjadi kunci utama kebertahanan budaya mereka.
Jangan Sedih, Bujang! ditulis oleh Sofie Dewayani dan diilustrasikan oleh Dina Riyanti.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Semua orang sibuk mempersiapkan kelahiran adik bayi. Mbah meminta Slamet menjaga jarik yang disiapkan untuk adik. Slamet bosan. Dia mulai bermain dengan jarik-jarik itu, dan … oh, tidak! Jarik itu robek. Apa kata Mbah nanti? Apa yang akan dilakukan Slamet?
Kami senang sekali mengikuti Slamet main-main sambil menantikan sang adik untuk datang, dan ikut deg-degan waktu jarik adik robek. Cerita tentang sehelai jarik yang ditulis dengan hangat dan ilustrasi yang menggemaskan.
Jarik Adik ditulis oleh Endah Herawati dan diilustrasikan oleh Eleonore Grace.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Damdam kehilangan wajahnya. Aduh, bagaimana ini?
Tenang, kakekku ahli membuat topeng kayu. Banyak sekali jenis topeng yang dibuatnya. Ayo, kita coba saja topeng-topeng itu.
Tapi Damdam jadi berubah-ubah sikap mengikuti topeng yang dikenakannya. Dan salah satunya begitu menakutkan dan sulit dilepaskan. Ooh, apa yang harus kulakukan?
Ketika Damdam kehilangan mukanya menggunakan topeng-topeng yang dipakai dalam tari topeng, sebuah pertunjukan asli Cirebon, Jawa Barat. Setiap kali Damdam mengenakan topeng yang berbeda, karakter yang dilambangkan lewat topeng itu pun muncul: Panji berwarna putih melambangkan kesucian bayi baru lahir, Samba (Pamindo) yang berwajah anak kecil yang ceria dan lincah, sampai Kelana (Rahwana) berwarna merah yang melambangkan orang yang sedang marah. Kelima topeng ini mewakili fase kehidupan manusia.
Cerita ini tak hanya mengajak kami melihat topeng sebagai bagian dari budaya tapi juga sebagai metafora filosofi hidup. Wajah kita memiliki ekspresi-ekspresi yang sama seperti topeng-topeng, tapi bahwa ada sifat asli yang menunjukkan diri dan kesungguhan diri yang perlu sejati perlu ditunjukkan, lepas tanpa topeng.
Ditulis oleh Ary Nilandari, ilustrasi oleh Andhika W.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
By Aniek Wijaya
Gilang ingin seperti kakaknya, Kak Sita. Dia ingin menggambar seperti kak Sita. Gilang juga suka menari seperti Kak Sita. Namun Kak Sita tidak membolehkan Gilang ikut ke sanggar bersamanya. Suatu hari, Gilang menemukan sesuatu yang mengejutkan!
Gilang yang ingin seperti dan selalu bersama Kak Sita serta Kak Sita yang sudah mulai punya kegiatannya sendiri adalah cerita yang dekat dengan kehidupan bersaudara. Cara mereka mencoba menjalani hubungan bersaudara di tengah selisih paham, keinginan, serta kebutuhan untuk ruang pribadi padahal mereka juga diminta untuk berbagi, mengajak kita belajar untuk mencari keseimbangan dalam sebuah hubungan.
Ketika Gilang Ingin Seperti Kak Sita ditulis oleh Aniek Wijaya dan diilustrasikan oleh Melani Sie.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
By Ella Elviana
Peringatan Hari Kemerdekaan RI sudah di depan mata. Seorang anak laki-laki ingin mengikuti lomba makan kerupuk. Dia berlatih tak henti-henti, memakan kerupuk secepat mungkin. Krauk! Krauk!
Bisakah dia mengalahkan teman-temannya? Apakah dia berhasil mendapatkan hadiah?
Kami suka sekali Krauk! Krauk! karena ceritanya bukan hanya mengajak kami mengintip keriaan lomba 17-an dan warna-warni perayaan itu saat kami kecil, tapi juga memberi sorotan saat kita memiliki tujuan, proses yang kita lalui untuk mencapainya, dan memberi arti saat tiba di titik akhir–apapun hasilnya.
Krauk!Krauk! ditulis oleh Ella Elviana. dan diilustrasikan oleh Dian Kristiani.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Lagi-lagi Ibu terlambat menjemput Momo di sekolah. Ibu harus berjalan kaki, karena Ibu tidak bisa naik sepeda. Namun, Ibu harus menemukan sepeda yang cocok untuknya. Kisah ini menceritakan pencarian Ibu untuk sepeda yang pas.
Kring!Kring! bermain dengan begitu banyak elemen yang menyenangkan dalam menceritakan pencarian sepeda yang pas untuk Ibu: ilustrasi yang detail dan penuh warna, berbagai jenis binatang dan interaksi jenaka antara mereka, serta perkenalan pertama dengan konsep bentuk dan ukuran yang sederhana. Salah satu buku yang ingin dibaca lagi dan lagi.
Kring! Kring! ditulis oleh Nurhayati Pujiastuti dan diilustrasikan oleh Adrinalia.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Showing 1–12 of 24 results