By Tyas Widjati
Ketika seekor gagak hinggap di dekat jendela rumahnya, Lea ketakutan. Mama pernah bilang burung hitam itu membawa kabar kematian. Dalam usahanya mengusir si gagak, Lea tak sengaja membiarkan kucing tuan rumahnya keluar. Bersama Fionn dan Siobhan, Lea mengejar kucing itu hingga ke Dunia Bawah Irlandia. Mereka harus menghadapi banyak kejadian tak terduga. Apa yang membuat mereka berani melakukannya? Benarkah ketiga anak itu mengambil risiko hanya demi seekor kucing saja?
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Lagi-lagi mimpi itu. Anamira tersentak dari tidurnya. Keringatnya banjir dan membuat pakaian tidur dan seprai kasurnya basah.
Dalam mimpinya, Anamira tercebur ke sungai yang mendadak keruh dan mendereas arusnya. Saat itulah muncul seorang perempuan tua. DIa diikuti oleh kupu-kupu warna-warni. Perempuan itu bergerak cepat menolongnya.
Persis pada mimpi-mimpi serupa sebelumnya, setelah tiba di tepian, perempuan tua itu menidurkan Anamira di pangkuannya, membelai-belai rambutnya, lantas berjanji memberi boneka harimau yang terbuat dari emas.
Harimau ini harimau yang baik, katanya berbisik di telinga Anamira. “Kau harus melindunginya, harus menyayanginya. Namanya Butet.”
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Kami terus berjalan. Aku tidak tahu akan pergi ke mana. Aku hanya mengikuti mereka. Aku tidak mau tersesat di tempat aneh ini sendirian. Lagipula, bukanlah Sira penduduk negeri Osi? Jadi, dia pasti sudah mengenal tempat ini dengan baik.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
By Alfiandana
Kisah seru berlanjut ketika Sudrun diajak oleh bukunya berpetualang melintasi Zaman Perang Diponegoro, Paleolitikum, masa dinasti han China, dan Perang Aceh.
Kepala suku mengangguk, kemudian berdiri. “Xezahwana wxyaxihwa,” kata kepala suku kepada seorang manusia purba.
Manusia purba itu kemudian mengambil tiga bilah tombak. Tombak itu kemudian diberikan kepada Ti’in dan teman-temannya.
“Apa mereka mengajak kita berkelahi?” tanya Marjak.
Kepala suku kemudian menggambar sesuatu di tanah. Ia menggambar babi dan tiga orang membawa tombak.
“Mereka ingin kita menangkap babi hutan,” kata Ti’in kepada kawan-kawannya.
–
Seperti bagaimana kita membayangkan masuk ke dunia yang berbeda saat membaca buku, Sudrun sungguh-sungguh mengalaminya bersama buku-buku kesayangannya. Kisahnya membawa kita pergi ke berbagai masa dan bertualang bersama.
-
Product added! Browse WishlistThe product is already in the wishlist! Browse Wishlist
- Quick View
Showing all 4 results